Selasa, 10 Juli 2012


Cerita aplikasi ORAD AMED XXXV IMPALA UB
By. Risty Krisinggih
Malang, 9 Juli 2012 

HARI INI SEMUA BERJALAN MENGALIR TANPA KONTROL
             
Text Box: Situasi tegang ketika evaluasi


           Aku bilang hari ini aku gagal dalam hal penjalanan skenario. Huuh, sebel rasanya skenario yang sudah kususun satu minggu lamanya tercipta dengan percuma seperti kata seniorku. Meskipun malam kemarin aku sudah bela-belain tidur di sekretariat IMPALA, toh pagi ini keberangkatan kami masih saja terlambat. Kendalanya, pertama surat ucapan terimakasih dan surat pemberitahuan lupa belum dibikin, kedua checklist perlengkapan pribadi juga belum selesai, ketiga draft komunikasi juga belum selesai dibikin, lebih-lebih pagi ini ada bapak petugas kebersihan yang jadwal menyapu halaman UKMnya tepat banget sama jadwal pelepasan kami. Huuuh, mau gak mau harus nunggu 10 menit deh sampai beliau selesai menyelesaikan tugasnya. Tidak hanya berujung disitu, akses transportasi dari Bravo Tenda ke Terminal Arjosari dilanjutkan ke Terminal Probolinggo dilanjutkan ke Pajarakan dan akses ke Base Camp Regulo Adventure juga kerap kali menyimpang dari skenario yang aku buat. Huuh, tapi ya sudahlah, lanjut aja ya ke cerita pengarungan hari ini.
            Meskipun keberangkatan kami tadi tidak berjalan mulus, namun pengarungan hari ini tetap harus berjalan. Hilman Fajar Sebastian aku pilih sebagai skier pertama di Sungai Pekalen Bawah ini. Powernya yang mumpuni menjajak sepanjang pengarungan 13km sampai finish dengan lumayan mulus, meski sesekali sempat perahu dibawa mundur ketika masuk jeram. Namun di pengarungan pertama ini, yang mana kami belum tahu seperti apa karakteristik sungai Pekalen Bawah yang terletak di Kecamatan Marun Kabupaten Probolinggo, sudah bisa dikatakan lumayan mulus untuk pemula seperti kami.
            Evaluasi, oh evaluasi. Suatu tahapan terpenting dalam pembelajaran di IMPALA. Dimana ini merupakan suatu ajang mengakui kekurangan dan kesalahan, merekomendasikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan dan mengetahui bagaimana tindakan benar yang seharusnya dilakukan oleh masing-masing anggota. Hari ini, adalah evaluasi besar-besaran menurut aku yang kebetulan berposisi sebagai koordinasi lapangan kegiatan Aplikasi ORAD AMED XXXV ini. Begitu banyak kekurangan yang berkaitan dengan fungsiku sebagai seorang Korlap. Tapi untungnya ada Mas Henry dan Mas Gedhe yang banyak memberi masukan untuk memperbaiki kesalahanku dihari ini.


LONG TRIP BERSAMA SKIPPER YANG RELA BERKORBAN

Adi yang sedang SR
            Hari ini, 3 Juli 2012. Sesuai dengan skenarioku, hari ini pengarungan dilakukan dengan longtrip dari Pekalen Atas 11km dan dilanjutkan dengan Pekalen Bawah 13km. Sesuai kesepakatan briefing kemarin malam, Adi Setiabudi adalah skyper yang memimpin pengarungan kami hari ini. Bukan suatu hal mudah ketika harus memimpin pengarungan dengan lintasan sepanjang 24km.
Sungai Pekalen atas yang menyimpan berjuta pesona akan pemandangan eksotisnya, tebing tinggi di kanan kirinya yang memayungi kami dari sengatan sang surya, air terjun yang luar biasa cantiknya, serta jeram yang continue tiada habisnya menjadi pesona tersendiri yang mampu menarik kami sebagai pecinta olahraga arung jeram ini untuk rela menanggung berbagai resiko ketika kami sudah memutuskan untuk mengarunginya. Namun ketika kami melakukannya sesuai dengan prosedur kerja yang safety, maka kami tidak perlu ragu meskipun jalur Pekalen Atas ini saya bilang lumayan berbahaya untuk pemula. Jeramnya yang continue menyebabkan sedikitnya flat untuk beristirahat sejenak, under cutnya yang banyak menjadi momok yang senantiasa harus dihindari dengan tindakan kilat saat itu juga, jeram maskotnya yang lumayan berbahaya, cerukan tebing tajam yang bisa saja menyobek perahu apalagi kulit anak manusia serta masih banyak lagi bentukan-bentukan alaminya yang harus diantisipasi dengan benar. Namun sungguh, semua itu terbayar dengan kepuasan yang akan kita dapatkan ketika rafting di sungai ini.
            Adi Setiabudi dengan kemampuannya membaca arus mampu membawa kami melalui jeram demi jeram dengan aman dan selamat. Meskipun baru kali pertama turun di sungai ini, namun dia telah mampu menunjukkan keseriusannya untuk menjadi seorang skyper yang handal. Hehehe.
            Pekalen Atas telah selesai terlalui dengan mulus, nah ini dia cerita yang seru dihari ini. Pekalen Bawah yang memiliki Jeram Dayung sebagai jeram maskotnya seringkali menyebabkan problem dalam pengarungan. Skotingpun kami lakukan sebelum melewati jeram ini. Terlebih lagi si Adi, rupanya ia sedang serius sekali membahas bagaimana cara melalui jeram ini agar berjalan mulus dengan guide yang menemani kami, Mas Ponidi. Beberapa menit kami habiskan untuk mempelajari jeram ini. Kini tiba saatnya dilakukan aksi untuk dapat melaluinya. Siaaap, dayung maju!! Adi mulai memimpin kami untuk pelan-pelan menuju mulut jeram. Waw, arus yang sangat kuat mulai menggoyahkan arah perahu rupanya. Blemmmm, perahu berhasil masuk, namun perahu bagian depan tersangkut di batu besar yang memecah arus kuat menjadi dua, jalur kanan dan jalur kiri. Begitu kerasnya Adi terlihat berusaha melepaskan perahu agar bisa lolos dari batu. Alhasil perahupun lolos lewat sebelah kanan. Namun, kuda-kuda Adi rupanya kurang kuat untuk menahan keberadaannya diatas perahu. Mungkin karena terlalu berkonsentrasi mengendalikan perahu sehingga dia terjatuh di jeram maskot ini dan rela SR (self rescue/ renang jeram) demi kami yang masih stay diatas perahu sampai lolos melewati jeram. Memang cocok penamaan jeram ini, Jeram Dayung. Tiga dayungpun lepas dari genggaman kami. Namun hebatnya skyper kami kali ini berhasil menyelamatkan 2 dayung dengan segala kemampuannya melewati jeram tanpa perahu. Salut dan jempol perlu kami acungkan untuk pengorbanan dia kali ini. Adi terimakasih untuk segala keberanianmu hari ini.^_^d


PEMBELAJARAN BERHARGA DARI SEORANG GUIDE

Text Box: Mas Asnan, kepala guide Regulo yang sedang mengajari kami cara dayung tarik yang benar
           

        4 Juli 2012. Hari ini adalah saatnya aku Risty Krisinggih yang bertugas sebagai skipper untuk trip Pekalen Bawah. 2 hari sebelumnya merupakan waktu yang cukup untuk memahami bagaimana karakteristik sungai ini. oleh karena itu, aku berfikir bahwa merupakan suatu hal yang wajib apabila hari ini aku harus jauh lebih baik dari kedua temanku, Hilman dan Adi. Istirahat yang cukup, makan yang banyak dan berdoa menjadi bekal yang aku siapkan untuk menyelesaikan pengarungan hari ini.
Text Box: Perahu ketika melalui jeram maskot “Jeram Dayung” dengan Risty sebagai skyper
            Mas Asnan, ketua guide Regulo Adventure adalah guide yang hari ini menemani pengarungan kami. Pengalamannya yang banyak membuat ia mahir mengarahkan perahu untuk menghadapi situasi sesulit apapun. Arahannya kepadaku hari ini semakin menambah semangatku dan mengukir banyak ilmu baru disamping ilmu-ilmu yang kudapatkan dari pemateriku yang baik Mas Henry Yuli (Nim. 2012556/IMP). Sekuat tenaga aku keluarkan semua powerku sebagai seorang perempuan yang seringkali mendapat komentar akan kurangnya power dan strengthku sebagai seorang skipper. Alhasil beberapa jeram di Sungai Pekalen Bawah berhasil kami lalui. Begitu pula jeram dayung yang hari kemarin menjatuhkan si Adi. Scoting seperti biasa menghasilkan sebuah keputusan bagiku untuk memilih jalur kiri, kemudian pilih jalur kanan begitu masuk mulut jeram. Kekuranganku yang lemah dayung C, membuat Mas Asnan membantu ketika melalui jeram ini. walaupun ini bukan murni kemampuanku, tapi untunglah kami bisa melaluinya dengan aman dan selamat. Hehe.
            Hari ini banyak sekali pelajaran baru yang kudapatkan dari Mas Asnan, seperti ferying, cara mencapai edis, dayungan yang hemat energi, cara membaca arus dan masih banyak lagi lainnya. Terimakasih Mas Asnan. ^_^


SERU JUGA DIBAWA MUNDUR MASUK JERAM SAMA SKIPPER SATU INI
 
Hilman si skipper yang hobi bawa perahu mundur ketika masuk jeram
           

               Hilman Fajar Sebastian. Skipper yang paling ahli membawa mundur perahu ketika masuk jeram ini menjadi pemimpin kami untuk pengarungan longtrip hari ini. Pekalen Atas dengan berbagai tingkat kesulitannya membuat Hilman sedikit kualahan kali ini. Perahu yang mundur ketika masuk beberapa jeram menjadi suatu pengalaman tersendiri yang terukir di memory otak kami. Hahaha, kasian Mas Gedhe yang berkali-kali rela menjadi fotografer untuk mendokumentasikan aksi kami melewati beberapa jeram. Namun hasil dokumentasinya kurang memuaskan karena begitu perahu masuk jeram, buritan perahu duluan yang menyapa kamera sehingga kamera tidak mampu merekam guratan wajah kami dengan beribu makna ketika melewati jeram.
            Mundur di jeram pertama tidak menyurutkan semangat Mas Gedhe untuk mendokumentasikan aksi kami. Maklum, ini memang longtrip terahir kami di Pekalen Atas, jadi kami tidak mau melewatkan dokumentasi terutama di Jeram-jeram yang bagus. Tapi, lagi-lagi Hilman membawa mundur perahu ketika melewati jeram. Hahaha, ahli sekali dia ketika membawa perahu dengan posisi mundur. Tapi gaya semacam ini seru juga dan memberikan kesan tersendiri bagi kami.

PILIH MANA? LONCAT 9 METER ATAU TIDAK ADA RECOVERY MANDI DI AIR PANAS
Jembatan bambu di Rest Area Regulo setinggi 9 meter
            6 Juli 2012. Ini menjadi hari terberat bagi aku Risty Krisinggih seorang Korlap dan Skipper yang harus memilih suatu pilihan yang sulit aku pilih dihari ini. skenario hari esok tergantung pada diriku hari ini. Ya, ini terkadang terfikir sedikit tidak adil dimataku, tapi sungguh sangat adil bagi teman-temanku. 5 hari pengarungan tentu saja membuat semua anggota timku kelelahan untuk melakukan latihan lagi dihari esok jika kegiatan berjalan sesuai skenarioku diawal dulu. Mas Henry dan Mas Gedhe, senior yang senantiasa setia menemani kami anak-anak bandel susah diatur ini menawariku sebuah pilihan. Seperti ini pilihannya. Besok aku diijinkan merubah skenarioku dari latihan di Dam 8 menjadi recovery mandi air hangat di pemandian air panas yang lokasinya tidak begitu jauh dari Base Camp Regulo apabila hari ini aku, Risty Krisinggih dengan segala ketakutanku akan ketinggian bersedia loncat dari ketinggian 9 meter dari jembatan bambu di kilometer 6 Rest Area Regulo. Aaaaaaa, ini artinya aku dihadapkan dengan 2 pilihan. Aku loncat atau teman-temanku kecewa berat karena mereka tidak bisa recovery ke pemandian air panas gara-gara aku gak mau loncat. Hiks,hiks,hiks.
            Bagi mereka mungkin mudah saja loncat dari ketinggian berapapun. Tapi bagi aku?? Dulu ketika ORTUM caving di Gua Low Bangi aku pernah gambling dari ketinggian 4 meter karena kesalahanku memakai alat descender. Hal itu seperti membekas di fikiranku sampai saat ini. Dengan memakai alat pengaman saja aku bisa gambling dan rasanya sakit sekali, apalagi ini, terjun dari ketinggian 9 meter tanpa pengaman tali hanya sebuah pelampung dan helm?? Meskipun dibawahnya ada air, namun ketinggian ini tentu saja membuat nyaliku ciut. Walaupun aku tau aksi ini dapat meninggikan mental dan mental itu sangat penting dimiliki oleh pecinta arung jeram, tujuannya tidak lain adalah untuk mengatasi kepanikan dalam keadaan yang darurat.
            Sudah-sudah, hayalanku merajalela disela-sela perjalanan dari Base Camp Regulo menuju Start Point Regulo. Terlebih lagi hari ini tidak ada guide yang menemani kami, karena hari ini Regulo Adventure mendapatkan tamu banyak  sehingga semua guide dikerahkan untuk mereka. Oh Tuhan, kali ini aku harus skyperan sendiri tanpa ada yang membantu, selain itu aku masih harus  mengambil keputusan yang bijak sebagai seorang korlap untuk penentuan kegiatan dihari esok.
            Dengan segala sisa kekuatan yang masih ada aku mencoba untuk terus mengarahkan perahuku melewati jeram-jeram Pekalen Bawah. Alhamdulillah aku berhasil mengendalikan perahu dengan beribu kecemasanku dalam perjalanan menuju ke Rest Area. Aaaaaa rupanya area ini sudah tiba di depan mata. Duh, duh aduh. Jantungku berdetak tidak seperti biasanya. Rasanya ingin berteriak menolak, ingin buang air kecil, ingin lari menerabas tebing dan atau terjadi gejala-gejala ketakutan lainnya. Mungkin 5 hari yang sudah berlalu aku masih bisa menghindari loncat dari ketinggian, tapi kali ini?? Adi, Hilman, Mas Gedhe dan Mas Henry rela menunggu sampai aku mau loncat. Lalu bagaimana dengan ketakutan ini? apa yang harus aku lakukan? T_T
            Perlahan tapi pasti aku melangkahkan kaki menuju jembatan bambu, teman-teman terus menyemangati aku yang saat itu sudah pasrah tanpa ada fikiran apapun itu. Yang terlintas hanya aku gak mau mengecewakan teman-temanku. Rasanya seperti ada angin beliung besar melanda tenggorokanku yang kering, ada ikan paus besar dibawah sana yang siap melahapku, ada keuatan yang terus memaksaku untuk terjun tanpa pikir panjang dan ada juga keindahan dibawah sana yang menantikan kehadiranku. Perlahan berjalan, melihat kebawah, membuat aku bolak balik ke tepi untuk hampir menggugurkan harapan ikan paus yang sedang lapar dibawah sana. Tapi, disebelah kiri ada Hilman si tukang kentut yang menghalangi jembatan sempit itu dengan badannya yang gemuk. Sedangkan disebelah kanan ada Adi si kribo yang menghalangi badan jembatan dengan kaki dan tangannya yang panjang. Entah mengapa kali ini aku jadi berfikiran mereka jahat sekali karena memaksa aku, tapi aku faham juga dengan kesabaran 2 anak manusia ini yang ada batasnya. Disebelah kiri depan ada Mas Gedhe yang siap sedari tadi untuk mendokumentasikan moment yang mereka anggap langka ini. Oh tuhan, bagaimana aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku benar-benar ketakutan?? Baik, aku rasa kali ini benar-benar aku tidak bisa lagi mengelak. Karena aku masih tidak berani sampai ujung kesabaran Hilman dan Adi, akhirnya aku memutuskan agar aku didorong saja dari jembatan dengan hitunan 1-3 dari mulutku. Rasanya aku tidak ingat lagi, hanya pasrah dan berharap ikan paus dibawah tidak menelanku hidup-hidup T_T.
            Kuinjakkan kedua kakiku diujung badan jembatan, dan mulutku mulai menghitung. Satuuuuuu, duaaaaaa,,,,AaAaAaaaAAAAAAaaaAAAaaa, ByurRrrRrRrRrRr, PAK, sakiiiit,, pipiku tertampar air karena jatuh duluan. Posisiku salah dan sulit kuingat lagi seperti apa rasanya jantungku yang terbang memisah dari dadaku saat itu.... mengambang lemas dipermukaan air menjadi pilihanku untuk menempatkan lagi jantungku diposisinya. Haaaaaahhh gilaaaaaaaaa...


DIBALIK KEJADIAN PASTI ADA HIKMAHNYA, KARENA TUHAN PUNYA RENCANA

Awal cerita Adi si kribo meriang
            6 Juli yang menjadi hari bersejarah bagi diriku sendiri rupanya tak berujung seperti apa yang kami inginkan. Malam kemarin teman kami Adi menggigil meriang, suhu badannya panas dan sudah jelas bahwa ia sedang sakit. Aku juga heran, kenapa secepat itu dia sakit? Padahal baru saja evaluasi briefing dan dia masih sehat. Aku yang selain Korlap juga merangkap sebagai sie konsumsi dan kesehatan tentu saja cemas akan kesehatannya. Aku beri obat, kubikinkan teh jahe hangat dan kebaikan Hilman yang bersedia memijit Adi malam itu seperti membuktikan saat-saat dimana kami harus melimpahkan kasih sayang sesama teman. Awalnya aku dan Hilman ingin membawa Adi ke Puskesmas untuk diperiksa. Tapi dia menolak. Kami fikir besok semoga keadaannya bisa membaik.
            7 Juli 2012 di pagi buta aku bangun, solat dan lekas mmbangunkan tim untuk menggantikan Adi yang seharusnya bertugas karena dia masih meriang rupanya. Kamipun melakukan SPI tanpa Adi. Nah, selanjutnya adalah bagian yang benar-benar membuat aku bingung sebagai seorang korlap, sie konsumsi dan kesehatan. Sebagai korlap aku berfikir, harus seperti apa ini selanjutnya jalan skenarioku? Tidak mungkin kami pergi ke pemandian air panas sedangkan Adi dalam keadaan sakit. Sebagai sie konsumsi aku berfikir bagaimana kelanjutan alur sarapan pagi ini? skenarionya kami berlima langsung sarapan di tempat warungnya, tapi aku tidak mungkin mengajak Adi pergi ke warung untuk sarapan. Akhirnya aku memutuskan untuk membungkus sarapan pagi dan membawanya ke Base Camp. Sebagai sie kesehatan aku berfikir bagaimana caranya agar keadaan Adi bisa membaik dan kuat sampai kembali ke Bravo Tenda?
            Rupanya aku tidak mampu memutuskan itu semua sendiri. Seharusnya aku meminta kesepakatan dari timku. Tapi disini aku melakukan kesalahan, kuambil keputusan secara sepihak untuk membatalkan recovery dan kuterima saran Mas Gedhe untuk langsung kembali ke Bravo Tenda tanpa pertimbangan. Yang seharusnya kulakukan adalah briefing ulang untuk skenario hari ini. Tapi ya bagaimana lagi, saat itu aku bingung harus bagaimana sampai aku lupa bahwa disekitarku masih ada Mas Henry yang baik hati dan selalu memberi solusi, ada Mas Gedhe yang punya sejuta nasehat untuk mengambil tindakan dalam memecahkan masalah, ada Hilman yang bersedia membantu aku. Walaupun keputusanku tepat untuk membatalkan recovery, namun tidak seharusnya aku memutuskannya sendiri.












































































           Dalam perjalanan pulang ke Bravo Tenda, aku sempat berfikir bahwa untuk apa aku loncat 9 meter kemarin? Tau gitu aku gak usah loncat...tapi sempat lagi aku berfikir Tuhan itu punya  rencana dalam setiap kejadian yang ditakdirkan terhadap aku dan teman-temanku. Semua tidak ada yang sia-sia. Seperti hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi tidak akan pernah musnah atau hilang, hanya saja energi itu berubah menjadi bentuk yang lain. Begitu pula dengan loncatanku kemarin, mungkin saja berubah menjadi suatu bentuk peningkatan mental dalam diriku. Adi, kami berharap semoga kamu lekas sembuh ya? ^_^



Rescue by rope when human foot and treatment happen
Siapa bilang senior dilarang bergaya? hehe



 
Pasang instalasi ketika perahu wrap di Jeram Dayung

Action in Pekalen Atas waterfall

           

6 komentar:

  1. kerrreeeeennn....
    ditunggu cerita dari perjalanan yang lain ya,
    jgn lupa fotonya dibagusin, foto bisa bercerita lebih dari ceritamu sendiri...

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih ^_^ hehehe, episode selanjutnya akan ditambah fotonya...

      Hapus
  2. correct yah, penulisan NIM nya salah, dibenerin dulu itu

    sedikit komentar dan masukan:
    terlalu banyak narasi ris, fotonya ditambah lagi aja
    but, overall sipp lah
    lanjutin terus nulisnya yah..
    "orang bole pandai setinggi langit
    tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah.
    menulis adalah untuk keabadian

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha,, ya ampun m.maya teliti banget... iya,iya mb... siap meninjau ulang..,

      Hapus
  3. May, kok gak onok siap posisi push up ???

    BalasHapus
  4. hohohoho, kan uda d edit ulang,, jdnya d maapkan, y g m.may?? heheg

    BalasHapus