Cerita aplikasi ORAD AMED XXXV IMPALA UB
By. Risty Krisinggih
Malang, 9 Juli 2012
HARI INI SEMUA BERJALAN MENGALIR
TANPA KONTROL
Aku
bilang hari ini aku gagal dalam hal penjalanan skenario. Huuh, sebel rasanya
skenario yang sudah kususun satu minggu lamanya tercipta dengan percuma seperti
kata seniorku. Meskipun malam kemarin aku sudah bela-belain tidur di sekretariat
IMPALA, toh pagi ini keberangkatan kami masih saja terlambat. Kendalanya,
pertama surat ucapan terimakasih dan surat pemberitahuan lupa belum dibikin,
kedua checklist perlengkapan pribadi juga belum selesai, ketiga draft
komunikasi juga belum selesai dibikin, lebih-lebih pagi ini ada bapak petugas
kebersihan yang jadwal menyapu halaman UKMnya tepat banget sama jadwal
pelepasan kami. Huuuh, mau gak mau harus nunggu 10 menit deh sampai beliau
selesai menyelesaikan tugasnya. Tidak hanya berujung disitu, akses transportasi
dari Bravo Tenda ke Terminal Arjosari dilanjutkan ke Terminal Probolinggo
dilanjutkan ke Pajarakan dan akses ke Base Camp Regulo Adventure juga kerap
kali menyimpang dari skenario yang aku buat. Huuh, tapi ya sudahlah, lanjut aja
ya ke cerita pengarungan hari ini.
Meskipun
keberangkatan kami tadi tidak berjalan mulus, namun pengarungan hari ini tetap
harus berjalan. Hilman Fajar Sebastian aku pilih sebagai skier pertama di
Sungai Pekalen Bawah ini. Powernya yang mumpuni menjajak sepanjang pengarungan
13km sampai finish dengan lumayan mulus, meski sesekali sempat perahu dibawa
mundur ketika masuk jeram. Namun di pengarungan pertama ini, yang mana kami
belum tahu seperti apa karakteristik sungai Pekalen Bawah yang terletak di
Kecamatan Marun Kabupaten Probolinggo, sudah bisa dikatakan lumayan mulus untuk
pemula seperti kami.
Evaluasi,
oh evaluasi. Suatu tahapan terpenting dalam pembelajaran di IMPALA. Dimana ini
merupakan suatu ajang mengakui kekurangan dan kesalahan, merekomendasikan
solusi untuk menyelesaikan permasalahan dan mengetahui bagaimana tindakan benar
yang seharusnya dilakukan oleh masing-masing anggota. Hari ini, adalah evaluasi
besar-besaran menurut aku yang kebetulan berposisi sebagai koordinasi lapangan
kegiatan Aplikasi ORAD AMED XXXV ini. Begitu banyak kekurangan yang berkaitan
dengan fungsiku sebagai seorang Korlap. Tapi untungnya ada Mas Henry dan Mas
Gedhe yang banyak memberi masukan untuk memperbaiki kesalahanku dihari ini.
LONG TRIP BERSAMA SKIPPER YANG RELA BERKORBAN
Adi
yang sedang SR
Hari
ini, 3 Juli 2012. Sesuai dengan skenarioku, hari ini pengarungan dilakukan
dengan longtrip dari Pekalen Atas 11km dan dilanjutkan dengan Pekalen Bawah
13km. Sesuai kesepakatan briefing kemarin malam, Adi Setiabudi adalah skyper
yang memimpin pengarungan kami hari ini. Bukan suatu hal mudah ketika harus
memimpin pengarungan dengan lintasan sepanjang 24km.
Sungai Pekalen atas yang
menyimpan berjuta pesona akan pemandangan eksotisnya, tebing tinggi di kanan
kirinya yang memayungi kami dari sengatan sang surya, air terjun yang luar
biasa cantiknya, serta jeram yang continue tiada habisnya menjadi pesona
tersendiri yang mampu menarik kami sebagai pecinta olahraga arung jeram ini
untuk rela menanggung berbagai resiko ketika kami sudah memutuskan untuk
mengarunginya. Namun ketika kami melakukannya sesuai dengan prosedur kerja yang
safety, maka kami tidak perlu ragu meskipun jalur Pekalen Atas ini saya bilang
lumayan berbahaya untuk pemula. Jeramnya yang continue menyebabkan sedikitnya
flat untuk beristirahat sejenak, under cutnya yang banyak menjadi momok yang
senantiasa harus dihindari dengan tindakan kilat saat itu juga, jeram maskotnya
yang lumayan berbahaya, cerukan tebing tajam yang bisa saja menyobek perahu
apalagi kulit anak manusia serta masih banyak lagi bentukan-bentukan alaminya
yang harus diantisipasi dengan benar. Namun sungguh, semua itu terbayar dengan
kepuasan yang akan kita dapatkan ketika rafting di sungai ini.
Adi
Setiabudi dengan kemampuannya membaca arus mampu membawa kami melalui jeram
demi jeram dengan aman dan selamat. Meskipun baru kali pertama turun di sungai
ini, namun dia telah mampu menunjukkan keseriusannya untuk menjadi seorang
skyper yang handal. Hehehe.
Pekalen
Atas telah selesai terlalui dengan mulus, nah ini dia cerita yang seru dihari
ini. Pekalen Bawah yang memiliki Jeram Dayung sebagai jeram maskotnya
seringkali menyebabkan problem dalam pengarungan. Skotingpun kami lakukan
sebelum melewati jeram ini. Terlebih lagi si Adi, rupanya ia sedang serius
sekali membahas bagaimana cara melalui jeram ini agar berjalan mulus dengan
guide yang menemani kami, Mas Ponidi. Beberapa menit kami habiskan untuk
mempelajari jeram ini. Kini tiba saatnya dilakukan aksi untuk dapat melaluinya.
Siaaap, dayung maju!! Adi mulai memimpin kami untuk pelan-pelan menuju mulut
jeram. Waw, arus yang sangat kuat mulai menggoyahkan arah perahu rupanya.
Blemmmm, perahu berhasil masuk, namun perahu bagian depan tersangkut di batu
besar yang memecah arus kuat menjadi dua, jalur kanan dan jalur kiri. Begitu
kerasnya Adi terlihat berusaha melepaskan perahu agar bisa lolos dari batu.
Alhasil perahupun lolos lewat sebelah kanan. Namun, kuda-kuda Adi rupanya
kurang kuat untuk menahan keberadaannya diatas perahu. Mungkin karena terlalu
berkonsentrasi mengendalikan perahu sehingga dia terjatuh di jeram maskot ini dan
rela SR (self rescue/ renang jeram) demi kami yang masih stay diatas perahu
sampai lolos melewati jeram. Memang cocok penamaan jeram ini, Jeram Dayung.
Tiga dayungpun lepas dari genggaman kami. Namun hebatnya skyper kami kali ini
berhasil menyelamatkan 2 dayung dengan segala kemampuannya melewati jeram tanpa
perahu. Salut dan jempol perlu kami acungkan untuk pengorbanan dia kali ini.
Adi terimakasih untuk segala keberanianmu hari ini.^_^d
PEMBELAJARAN
BERHARGA DARI SEORANG GUIDE
4
Juli 2012. Hari ini adalah saatnya aku Risty Krisinggih yang bertugas sebagai
skipper untuk trip Pekalen Bawah. 2 hari sebelumnya merupakan waktu yang cukup
untuk memahami bagaimana karakteristik sungai ini. oleh karena itu, aku
berfikir bahwa merupakan suatu hal yang wajib apabila hari ini aku harus jauh
lebih baik dari kedua temanku, Hilman dan Adi. Istirahat yang cukup, makan yang
banyak dan berdoa menjadi bekal yang aku siapkan untuk menyelesaikan
pengarungan hari ini.
Mas
Asnan, ketua guide Regulo Adventure adalah guide yang hari ini menemani
pengarungan kami. Pengalamannya yang banyak membuat ia mahir mengarahkan perahu
untuk menghadapi situasi sesulit apapun. Arahannya kepadaku hari ini semakin
menambah semangatku dan mengukir banyak ilmu baru disamping ilmu-ilmu yang
kudapatkan dari pemateriku yang baik Mas Henry Yuli (Nim. 2012556/IMP). Sekuat tenaga aku keluarkan semua powerku sebagai
seorang perempuan yang seringkali mendapat komentar akan kurangnya power dan
strengthku sebagai seorang skipper. Alhasil beberapa jeram di Sungai Pekalen
Bawah berhasil kami lalui. Begitu pula jeram dayung yang hari kemarin
menjatuhkan si Adi. Scoting seperti biasa menghasilkan sebuah keputusan bagiku
untuk memilih jalur kiri, kemudian pilih jalur kanan begitu masuk mulut jeram.
Kekuranganku yang lemah dayung C, membuat Mas Asnan membantu ketika melalui
jeram ini. walaupun ini bukan murni kemampuanku, tapi untunglah kami bisa
melaluinya dengan aman dan selamat. Hehe.
Hari ini banyak sekali pelajaran baru yang kudapatkan
dari Mas Asnan, seperti ferying, cara mencapai edis, dayungan yang hemat
energi, cara membaca arus dan masih banyak lagi lainnya. Terimakasih Mas Asnan.
^_^
SERU
JUGA DIBAWA MUNDUR MASUK JERAM SAMA SKIPPER SATU INI
Hilman si skipper yang hobi bawa perahu mundur ketika masuk jeram |
Hilman Fajar Sebastian. Skipper yang
paling ahli membawa mundur perahu ketika masuk jeram ini menjadi pemimpin kami
untuk pengarungan longtrip hari ini. Pekalen Atas dengan berbagai tingkat
kesulitannya membuat Hilman sedikit kualahan kali ini. Perahu yang mundur
ketika masuk beberapa jeram menjadi suatu pengalaman tersendiri yang terukir di
memory otak kami. Hahaha, kasian Mas Gedhe yang berkali-kali rela menjadi
fotografer untuk mendokumentasikan aksi kami melewati beberapa jeram. Namun
hasil dokumentasinya kurang memuaskan karena begitu perahu masuk jeram, buritan
perahu duluan yang menyapa kamera sehingga kamera tidak mampu merekam guratan wajah
kami dengan beribu makna ketika melewati jeram.
Mundur di jeram pertama tidak menyurutkan semangat Mas
Gedhe untuk mendokumentasikan aksi kami. Maklum, ini memang longtrip terahir
kami di Pekalen Atas, jadi kami tidak mau melewatkan dokumentasi terutama di
Jeram-jeram yang bagus. Tapi, lagi-lagi Hilman membawa mundur perahu ketika
melewati jeram. Hahaha, ahli sekali dia ketika membawa perahu dengan posisi
mundur. Tapi gaya semacam ini seru juga dan memberikan kesan tersendiri bagi
kami.
PILIH
MANA? LONCAT 9 METER ATAU TIDAK ADA RECOVERY MANDI DI AIR PANAS
Jembatan
bambu di Rest Area Regulo setinggi 9 meter
6 Juli 2012. Ini menjadi hari terberat bagi aku Risty
Krisinggih seorang Korlap dan Skipper yang harus memilih suatu pilihan yang
sulit aku pilih dihari ini. skenario hari esok tergantung pada diriku hari ini.
Ya, ini terkadang terfikir sedikit tidak adil dimataku, tapi sungguh sangat
adil bagi teman-temanku. 5 hari pengarungan tentu saja membuat semua anggota
timku kelelahan untuk melakukan latihan lagi dihari esok jika kegiatan berjalan
sesuai skenarioku diawal dulu. Mas Henry dan Mas Gedhe, senior yang senantiasa
setia menemani kami anak-anak bandel susah diatur ini menawariku sebuah
pilihan. Seperti ini pilihannya. Besok aku diijinkan merubah skenarioku dari
latihan di Dam 8 menjadi recovery mandi air hangat di pemandian air panas yang
lokasinya tidak begitu jauh dari Base Camp Regulo apabila hari ini aku, Risty
Krisinggih dengan segala ketakutanku akan ketinggian bersedia loncat dari
ketinggian 9 meter dari jembatan bambu di kilometer 6 Rest Area Regulo.
Aaaaaaa, ini artinya aku dihadapkan dengan 2 pilihan. Aku loncat atau
teman-temanku kecewa berat karena mereka tidak bisa recovery ke pemandian air
panas gara-gara aku gak mau loncat. Hiks,hiks,hiks.
Bagi mereka mungkin mudah saja loncat dari ketinggian
berapapun. Tapi bagi aku?? Dulu ketika ORTUM caving di Gua Low Bangi aku pernah
gambling dari ketinggian 4 meter karena kesalahanku memakai alat descender. Hal
itu seperti membekas di fikiranku sampai saat ini. Dengan memakai alat pengaman
saja aku bisa gambling dan rasanya sakit sekali, apalagi ini, terjun dari
ketinggian 9 meter tanpa pengaman tali hanya sebuah pelampung dan helm??
Meskipun dibawahnya ada air, namun ketinggian ini tentu saja membuat nyaliku
ciut. Walaupun aku tau aksi ini dapat meninggikan mental dan mental itu sangat
penting dimiliki oleh pecinta arung jeram, tujuannya tidak lain adalah untuk
mengatasi kepanikan dalam keadaan yang darurat.
Sudah-sudah, hayalanku merajalela disela-sela perjalanan
dari Base Camp Regulo menuju Start Point Regulo. Terlebih lagi hari ini tidak
ada guide yang menemani kami, karena hari ini Regulo Adventure mendapatkan tamu
banyak sehingga semua guide dikerahkan
untuk mereka. Oh Tuhan, kali ini aku harus skyperan sendiri tanpa ada yang
membantu, selain itu aku masih harus
mengambil keputusan yang bijak sebagai seorang korlap untuk penentuan
kegiatan dihari esok.
Dengan segala sisa kekuatan yang masih ada aku mencoba
untuk terus mengarahkan perahuku melewati jeram-jeram Pekalen Bawah.
Alhamdulillah aku berhasil mengendalikan perahu dengan beribu kecemasanku dalam
perjalanan menuju ke Rest Area. Aaaaaa rupanya area ini sudah tiba di depan
mata. Duh, duh aduh. Jantungku berdetak tidak seperti biasanya. Rasanya ingin
berteriak menolak, ingin buang air kecil, ingin lari menerabas tebing dan atau
terjadi gejala-gejala ketakutan lainnya. Mungkin 5 hari yang sudah berlalu aku
masih bisa menghindari loncat dari ketinggian, tapi kali ini?? Adi, Hilman, Mas
Gedhe dan Mas Henry rela menunggu sampai aku mau loncat. Lalu bagaimana dengan
ketakutan ini? apa yang harus aku lakukan? T_T
Perlahan tapi pasti aku melangkahkan kaki menuju jembatan
bambu, teman-teman terus menyemangati aku yang saat itu sudah pasrah tanpa ada
fikiran apapun itu. Yang terlintas hanya aku gak mau mengecewakan
teman-temanku. Rasanya seperti ada angin beliung besar melanda tenggorokanku
yang kering, ada ikan paus besar dibawah sana yang siap melahapku, ada keuatan
yang terus memaksaku untuk terjun tanpa pikir panjang dan ada juga keindahan
dibawah sana yang menantikan kehadiranku. Perlahan berjalan, melihat kebawah,
membuat aku bolak balik ke tepi untuk hampir menggugurkan harapan ikan paus
yang sedang lapar dibawah sana. Tapi, disebelah kiri ada Hilman si tukang
kentut yang menghalangi jembatan sempit itu dengan badannya yang gemuk.
Sedangkan disebelah kanan ada Adi si kribo yang menghalangi badan jembatan
dengan kaki dan tangannya yang panjang. Entah mengapa kali ini aku jadi
berfikiran mereka jahat sekali karena memaksa aku, tapi aku faham juga dengan
kesabaran 2 anak manusia ini yang ada batasnya. Disebelah kiri depan ada Mas
Gedhe yang siap sedari tadi untuk mendokumentasikan moment yang mereka anggap
langka ini. Oh tuhan, bagaimana aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku
benar-benar ketakutan?? Baik, aku rasa kali ini benar-benar aku tidak bisa lagi
mengelak. Karena aku masih tidak berani sampai ujung kesabaran Hilman dan Adi,
akhirnya aku memutuskan agar aku didorong saja dari jembatan dengan hitunan 1-3
dari mulutku. Rasanya aku tidak ingat lagi, hanya pasrah dan berharap ikan paus
dibawah tidak menelanku hidup-hidup T_T.
Kuinjakkan kedua kakiku diujung badan jembatan, dan
mulutku mulai menghitung. Satuuuuuu, duaaaaaa,,,,AaAaAaaaAAAAAAaaaAAAaaa,
ByurRrrRrRrRrRr, PAK, sakiiiit,, pipiku tertampar air karena jatuh duluan.
Posisiku salah dan sulit kuingat lagi seperti apa rasanya jantungku yang
terbang memisah dari dadaku saat itu.... mengambang lemas dipermukaan air
menjadi pilihanku untuk menempatkan lagi jantungku diposisinya. Haaaaaahhh
gilaaaaaaaaa...
DIBALIK
KEJADIAN PASTI ADA HIKMAHNYA, KARENA TUHAN PUNYA RENCANA
Awal
cerita Adi si kribo meriang
6 Juli yang menjadi hari bersejarah bagi diriku sendiri
rupanya tak berujung seperti apa yang kami inginkan. Malam kemarin teman kami
Adi menggigil meriang, suhu badannya panas dan sudah jelas bahwa ia sedang
sakit. Aku juga heran, kenapa secepat itu dia sakit? Padahal baru saja evaluasi
briefing dan dia masih sehat. Aku yang selain Korlap juga merangkap sebagai sie
konsumsi dan kesehatan tentu saja cemas akan kesehatannya. Aku beri obat,
kubikinkan teh jahe hangat dan kebaikan Hilman yang bersedia memijit Adi malam
itu seperti membuktikan saat-saat dimana kami harus melimpahkan kasih sayang
sesama teman. Awalnya aku dan Hilman ingin membawa Adi ke Puskesmas untuk
diperiksa. Tapi dia menolak. Kami fikir besok semoga keadaannya bisa membaik.
7 Juli 2012 di pagi buta aku bangun, solat dan lekas
mmbangunkan tim untuk menggantikan Adi yang seharusnya bertugas karena dia
masih meriang rupanya. Kamipun melakukan SPI tanpa Adi. Nah, selanjutnya adalah
bagian yang benar-benar membuat aku bingung sebagai seorang korlap, sie
konsumsi dan kesehatan. Sebagai korlap aku berfikir, harus seperti apa ini
selanjutnya jalan skenarioku? Tidak mungkin kami pergi ke pemandian air panas
sedangkan Adi dalam keadaan sakit. Sebagai sie konsumsi aku berfikir bagaimana
kelanjutan alur sarapan pagi ini? skenarionya kami berlima langsung sarapan di
tempat warungnya, tapi aku tidak mungkin mengajak Adi pergi ke warung untuk
sarapan. Akhirnya aku memutuskan untuk membungkus sarapan pagi dan membawanya
ke Base Camp. Sebagai sie kesehatan aku berfikir bagaimana caranya agar keadaan
Adi bisa membaik dan kuat sampai kembali ke Bravo Tenda?
Rupanya aku tidak mampu memutuskan itu semua sendiri.
Seharusnya aku meminta kesepakatan dari timku. Tapi disini aku melakukan
kesalahan, kuambil keputusan secara sepihak untuk membatalkan recovery dan
kuterima saran Mas Gedhe untuk langsung kembali ke Bravo Tenda tanpa
pertimbangan. Yang seharusnya kulakukan adalah briefing ulang untuk skenario
hari ini. Tapi ya bagaimana lagi, saat itu aku bingung harus bagaimana sampai
aku lupa bahwa disekitarku masih ada Mas Henry yang baik hati dan selalu
memberi solusi, ada Mas Gedhe yang punya sejuta nasehat untuk mengambil
tindakan dalam memecahkan masalah, ada Hilman yang bersedia membantu aku.
Walaupun keputusanku tepat untuk membatalkan recovery, namun tidak seharusnya
aku memutuskannya sendiri.
Dalam perjalanan
pulang ke Bravo Tenda, aku sempat berfikir bahwa untuk apa aku loncat 9 meter
kemarin? Tau gitu aku gak usah loncat...tapi sempat lagi aku berfikir Tuhan itu
punya rencana dalam setiap kejadian yang
ditakdirkan terhadap aku dan teman-temanku. Semua tidak ada yang sia-sia.
Seperti hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi tidak akan pernah
musnah atau hilang, hanya saja energi itu berubah menjadi bentuk yang lain.
Begitu pula dengan loncatanku kemarin, mungkin saja berubah menjadi suatu bentuk
peningkatan mental dalam diriku. Adi, kami berharap semoga kamu lekas sembuh
ya? ^_^
|
Rescue by rope when human foot and treatment happen |
|
Pasang instalasi ketika perahu wrap di Jeram Dayung |
Action in Pekalen Atas waterfall |
kerrreeeeennn....
BalasHapusditunggu cerita dari perjalanan yang lain ya,
jgn lupa fotonya dibagusin, foto bisa bercerita lebih dari ceritamu sendiri...
terimakasih ^_^ hehehe, episode selanjutnya akan ditambah fotonya...
Hapuscorrect yah, penulisan NIM nya salah, dibenerin dulu itu
BalasHapussedikit komentar dan masukan:
terlalu banyak narasi ris, fotonya ditambah lagi aja
but, overall sipp lah
lanjutin terus nulisnya yah..
"orang bole pandai setinggi langit
tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah.
menulis adalah untuk keabadian
hahaha,, ya ampun m.maya teliti banget... iya,iya mb... siap meninjau ulang..,
HapusMay, kok gak onok siap posisi push up ???
BalasHapushohohoho, kan uda d edit ulang,, jdnya d maapkan, y g m.may?? heheg
BalasHapus